Jumat, 29 Januari 2010

Pemberontakaan Batalyon 426

1.1 Latar belakang
Pemberontakan batalyon 426 pada hakeatnya tidak lepas daripada perkembangan dan petualangan DI/TII dijawa tengah. Batalyon 426 mulai dibentuk pada tahun 1945 bernama yon sunan bintoro dan berkedudukan dikelaten. Pimpinan diserahkan kepada mayor munawar selaku komandan batalyon. Batalyon 426 adalah merupakan suatu kesatuan hasil peleburan dari lasykar – lasyakar hisbullah, yakni suatu kesatuan yang terdiri dari pejuang – pejuang islam. Akhirnya dalam perkembangannya menuju kefanatisme agama. Bahkan kemudian gerombolan ini bergabung dengan gerombolan pemberontak DI/TII amir fatah jawa tengah dikemudikan oleh kartosuwiryo dari jawa barat. Untuk menyesuaikan perjuangan dengan DI/TII, maka setelah perang kemerdekaan ke 11, batalyon 426 telah mengadakan konsolidasi kedalam secara ketat mental maupun fisik, guna mempersiapkan diri untuk mewujudkan cita – cita Negara islam Indonesia kartosuwiryo untuk daerah jawa tengah. Dalam usaha – usaha konsolidasi ini telah pula mengadakan hubungan persatuan antara batalyon 426 sendiri dengan batalyon lemah lanang dari AUI dan batalyon 423 ( sunan murio ) serta dengan DI ex batalyon V amir fatah. Hal ini jelas dibuktikan dwngan rapat – rapat gelap yang sering mereka lakukan.
Ketika perang kemerdekaan ke 11 batalyon 426 ini masih berada di kelaten. Pada waktu itu telah menunjukan tindakan – tindakan indisipliner. Tindakan – tindakan ini dibuktikan dengan tikah laku mereka yang sering melanggar peraturan – peraturan antara lain: pernah terjadi pasukan pimpinan kapten sofyan mengadakan latihan didaerah muria dengan tidak meminta izin dan tidak memberitahukan kepada atasan. Kaften sofyan sendiri pernah memukuli guru sekolah hingga perlu dirawat kerumah sakit, dan sebagainya. Bahkan pernah pula terjadi konflik dengan mayor sunitiyoso. Setelah terjadi gencatan senjata. Batalyon 426 dimasukkan ke dalam Brigade V1 dan pada bulan oktober 1950 turut Brigade “ R “ ( Brigade pragola 11 ) pimpinan letnan colonel M. sartini dan kemudian berkedudukan dikudus. Ketika itu yon 420, pimpinan mayor munawar menjadi yon 5 dari brigade R ( brigade pragola 11 ). Sampai meletusnya pemberontakan, batalyon ini masih tetap berada dikudus. Tetapi kemudian dalam petualangan selanjutnya, ternyata batalyon ini kembali berkedudukan di kelaten. Siasat ini memang sesuai dengan rencana DI jawa tengah dimana batalyon 426 diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menguasai daerah sentral jawa tengah ( solo – yogya ).
Susunan batalyon 426 ketika itu adalah sebagai berikut :
• Komandan batalyon 426 ( sunan bintoro ) : mayor munawar
• Kepala staf : kapten muhyidin
• Komandan kompi I : kapten sofyan
• Komandan kompi II : lettu sonhaji
• Komandan kompi III : lettu yuslan
• Komandan kompi IV : letda F. purnomo
• Komandan kompi bantuan : lettu jumiko
1.2 perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka pokok kajian masalah paling inti adalah
• Bagaimana awal meletusnya pemberontakan batalyon 426
• Bagaimana kronologis meletusnya pemberontakan batalyon 426
• Bagaimana dampak yang diakibatkan pasca pemberontakan batalyon 426
1.3 tujuan penelitian
• Untuk mengetahui awal meletusnya pemverontakan batalyon 426
• Untuk mengetahui kronologi pemberontakan batalyon 426
• Untuk mengetahui dampak terhadap masyarakat sekitar pasca pemberontakan batalyon 426
• Untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah sejarah militer, fakultas sastra, universitas padjadjadran
1.4 metodelogi penelitian
Sebuah penelitian memerlukan sebuah metode yang dapat menuntun secara sistematis kearah tujuan penelitian itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Dimana penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan kronologis dari pemberontakan batalyon 426 diklaten,jawa tengah. Penelitian ini menyusun data – data yang telah dikumpulkan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data diperoleh dari perpustakaan dinas sejarah tentara nasional Indonesia bandung, dan juga didapat dari buku – buku rujukan. Selanjutnya data tersebut dikumpulkan untuk pengklasifikasian dan kemudian dianalisis secara metode sejarah.
A. Heuristik
Heuristic yaitu tahapan/kegiatan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, jejak masa lampau. Menemukan disini bukan hanya berarti menemukan, tetapi didahului oleh usaha” mencari “ dan setelah ditemukan kemudian menghimpunnya. ( dalam bahasa inggris “ to find “ ) apa yang dicari, ditemukan dan dihimpun itu?. Heruistik merupakan suatu seni, suatu teknik yang memerlukan keterampilan dan sebenarnya juga tidak memepunyai peraturan – peraturan yang bersifat umum ( renier, 1997:113 ). Dalam metode penelitian sejarah secarah heruistik ini, sumber itu dafat dibagi 2, tertulis dan tidak tertulis.
Dalam penelitian batalyon 246 ini kami menemukan sumber dan tempat terjadinya pemberontakan batalyon 426 ini:
• Topic penelitian, pemberontakan batalyon 426
• Lokasi peristiwa, kelaten, jawa tengah,kisaran tahun 1945 – 1950an
• Tempat pencarian data, perpustakaan dinas sejarah tentara nasional Indonesia angkatan darat ( TNI AD ). Jalan Kalimantan, bandung, jawa barat
• Sumber, arsip – arsip, serta almanak, dan buku – buku yang berada diperpustakaan dinas sejarah TNI AD
Dalam penelitian pemberontakan batalyon 426 ini, kami tidak melakukan atau mencari sumber secara tidak tertulis( lisan ). Sumber – sumber yang kami temukan kebanyakan sumber tertulis, berupa arsif, almanac, serta buku panduan dari perpustakaan dinas sejarah tentara nasional Indonesia angkatan darat ( TNI AD ). Dalam metode penelitian sejarah heruistik sumber yang kami dapatkan, sering disebut dengan sumber primer
B. kritik atau analisis
Sumber yang telah ditemukan melalui tahapan heruistik itu, harus diuji dahulu. Pengujian ini dilakukan melalui kritik. Setelah kita mengetahui secara tepat topic kita dan sumber sudah kita kumpulkan, tahap berikutnya adalah verivikasi, atau kritik sejarah, atau keabsahan sumber. Verivikasi itu ada dua macam yaitu meneliti otentisitas sumber, atau keaslian sumber, disebut kritik eksternal, dan meneliti kredibilitas sumber yang disebut kritik internal.
1. kritik eksternal
untuk mengetahi sejauh mana otentisitas sumber, dalam penelitian pemberontakan batalyon 246, dapat diajukan tiga pertanyaan:
• apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki?
Pertanyaan ini mempersoalkan otentik tidaknya atau sejati tidaknya sesuatu sumber. Dengan perkatan lain apakah sumber itu palsu atau tidak? ( pamberontakan batalyon 426 ). Dalam hal ini yang diteliti adalah:
A. tanggal dokumen itu dituliskan dan dikeluarkan.
Sumber sejarah TNI AD,ditulis 1945 – 1965, dan dikeluarkan pusat militer angkatan darat,tahun 1965, di dalam sumber ini dikatakan adanya keterlibatan batalyon 426 dengan pemberontakan DI/TII dijawah tengah dan dibawah pimpinan Negara islam Indonesia yg langsung dipimpin oleh kartosuwiryo dijawa barat. Dan juga ditegas kan lagi dengan almanak tentara nasional Indonesia angkatan darat ( TNI AD ),yg ditulis pada tahun 1945 – 1973, dan dikeluarkan pada tahun 1977.
B. Bahan / materi dokumen: kertas, tinta
kertas yang digunakan dalam sumber penelitian ini adalah kertas yang dibawa oleh bangsa barat keindonesia pada pada abad ke – 16, akan tetapi kertas yang dipergunakan dalam sumber pemberontakan batalyon 426 adalah kertas yg telah diperbahurui, baik dasarnya maupun ketebalanya.
C. Identifikasi terhadap tanda tangan, tulisan tangan, materai dan jenis huruf.
Dalam sumber yang kami dapatkan dalam penelitian pemberontakan batalyon 426 ini, sumber mengunakan tinta cap air atau tinta cair yang sering diprergunakan dalam mesin tik pada masa itu. Tanda tangan sumber dilakukan oleh kepala dinas sejarah TNI angkatan darat yang memimpin dinas sejarah TNI AD pada masa sumber itu dikeluarkan.
Sejatinya untuk membantu indentifikasi sumber sebenarnya kita harus menggunakan jasa para ahli bidang – bidang khusus. Seperti paleografi ( ilmu tentang tulisan ).
2. kritik Internal
setelah kita selesai nmengadakan kritik eksternal, dan berhasil menetapkan bahwa sumber yang kita hadapi ialah memang benar sumber yang kita cari. Maka kita memasuki tahap kritik internal.
Kritik internal bertugas menjawab pertanyaan “ apakah sumber yang diberikan itu kredibel dan benar – benar dapat dipercaya m”?.
• Mengadakan penilaian intrinsic ( hakiki ) terhadap sumber
• Apakah sumber itu menyampaikan kebenaran?
• Koroborasi dan fakta sejarah
C. Interpretasi
Interpretasi atau penapsiran sering disebut sebagai bidang subyektivitas. Sebagian itu benar tapi sebagian itu salah, interpretasi itu sebenarnya berarti tahapan atau kegiantan menafsirkan fakta – fakta serta menetapkan makna dan saling hubungan daripada fakta – fakta yang diperoleh.

Bab II
Isi

Seperti yang telah kami singgung sebelumya bahwasannya pemberontakan Batalyon 426 tidak akan meletus bilamana didalam batalyon tersebut tidak ada unsur-unsur DI/TII yang berhasil menyusup dan menggerakan batalyon tersebut. Dan bukti-bukti yang menyebutkan juga bahwa pemberontakan tersebut telah digerakan oleh Amir Fattah dari DI/TII yang sedang bergerak di Jawa tengah, khususnya di daerah GBN.
Adapun sebelum pemberontakannya itu terjadi, sudah terdapat rencana pemberontakan sebelumnya yaitu pemberontakan yang akan dilaksanakan oleh batalyon 423, namun hal itu gagal, karena semua rencana DI/TII dalam menggerakan batalyon 423 telah diketahui oleh pihak militert Indonesia, karena ditemukannya dua buah dokumen pada seorang mayor Mughny yang tertembak di Brebes akibat dari pemberontakannya. + maka kepada para komandan brigade yaitu komandan brigade pragolala, komandan brigade mangkubumi, komandan brigade panembahan senopati dan komandan GBN diberi tugas-tugas sesuai dengan daerah kedudukannya untuk menghindari kemungkinan terjadinya pemberontakan.
a. jalannya peristiwa
Pada tanggal 8 bdesember 1951 jam 05.00 komandan batalyon 424 memberikan ultimatum kepada kapten sofyan untuk menyerah, guna menghindari pertumpahan darah, dan pada saat itu juga batalyon 426 telah dikepung oleh tiga batalyon. Dan pada saat itu juga batalyon 424 telah meminta waktu 10 menit untuk memberikan waktu kepada kapten sofyan untuk berpikir, akan tetapi waktu ultimatum belum habis sudah terdengar suara tembakan dari batalyon 426 dengan menembakan mortir kepada semua batalyon yang telah mengepungnya. Dan hal itu terjadi hingga sore hari tanpa adanya kemajuan dari kedua belah pihak, namun pada sore itu telah turun hujan lebat, dan dari kesempatan tersebut digunakan sebaik-baiknya untuk meloloskan diri oleh batalyon 426. dan hingga akhirnya pengejaran pun dilaki\ukan secara terus menerus agar musuh tidak sempat melakukan konsolidasi.
Dari pengejaran tersebut batalyon 426 baerhasil dan bergerak melewati perbatasan semarang – pati keselatan masuk kedaerah keresidenan surakarta dan terus ke klaten. Pada waktu 3 kompi yang bergerak di kudus itu bergerak, maka kompi pimpinan Moh Alief ini akan ditindak oleh YON 408, tetapi dilarang oleh pihak atasan. Oleh karena itu Moh Alief sebagai pimpinan kompi 426 tersebut melakukan sebuah sumpah prajurit duhadapan komandan YON 408 bahwa ia dan pasukannya tidak akan melakukan gerakan dan akan terus mengabdi pada Negara. Akan tetapi janji tersebut tidak ditepati setelah enam jam kemudian. Dan pada jam 01.00 yang jatuhnya pada tanggal 10 desember 1951 kelompok demi kelompok bergerak secara diam-diam kedaerah Surakarta. Dan hingga akhirnya mereka dapat bergabung klembali dengan kompi lainnya yang berasal dari Kudus pada tanggal 7 januari 1952 dan menginginkan untuk bergabung dengan pasukan DI Amir Fattah di gombong. maka dari itu pada tanggal 19 Desember 1951 panglima Divisi Dipenogoro mengeluarkan instruksi siasat No.12/D/KII/DIII/51. yang isinya merupakan perintah penghancuran dan pengejaran terhadap batalyon 426.
b. Jalannya penumpasan batalyon 426 oleh TNI
Dalam penumpasannya Divisi Dipenogoro melancarkan oprasi Sapta Marga Merdeka Timur ( OMT. V ) yang dipimpin langsung oleh kepala Staf Divisi Dipenogoro, yaitu Letnan colonel Moch. Bachrun. Dan melibatkan 4 komandan Brigade, yaitu Brigade pragolo, komandan Brigade mangkubumi , komandan Brigade panembahan senopati dan komandan Gerakan Banteng.
Kekuatan OMT V itu sendiri adalah sebagai berikut:
• OMT V/3 : infateri terdiri dari 8 batalyon yaitu batalyon Infanteri 412, 415, 416, 417, 418, 419, 422 dan 428
• OMT V/2 : infanteri terdiri dari 3 batalyon yaitu batalyon 413, 408 dan 420
• OMT V/4 : infanteri terdiri dari 2 batalyon yaitu batalyon 424 dab 425
Disamping itu juga dalam penumpsan batalyon 426 didaerah Sala, maka pihak oprasi merdeka timur minta bantuan kepada AURI. Dan kerjasama antara AD denganAU ini baru pertama kalinya dilaksanakan selama Indonesia berdiri.
Pada tanggal 25 januari 1952 oprasi-oprasi dilancarkan terhadap daerah Simowalen. Hasil gerakan bersama antara AD dengan AU ini mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Karena dapat menewaskan 40 orang dari pihak musuh, 23 orang luka-luka dan 32 orang lainnya ditawan. Sedangkan dari pihak kita hanya dua orang yang menderita luka-luka. Dalam pertempuran 25 januari tersebut telah melumpuhkan batalyon 426. maka usaha pemberontakan batalyon 426 yang berasal dari Kudus dapat diakhiri.
Sisa-sisa gerombolan pemberontakan batalyon 426 dibawah pimpinan kapten alip yang berada didaerah R.I.13/ST/13 ( yogyakarta-kedu), berusaha menggabungkan diri dengan induk pasukannya yang ada di sala. Pasukan pemberontak diikuti oleh sejumlah anggota bekas tawanan criminal dari muntilan . setelah mereka dipersenjatai di sala, mereka kemudian melakukan pelucutan senjata terhadap pasukan Mobil Brigade dan berhasil menawan seorang inspektur serta 10 orang lainnya. Dan kemudian pasukan pemberontak menuju cepogo( boyolali), kepurun, kemalang dan akhirnya ngupit.
Batalyon 415,412 dan 416 telah mengadakan serangan serentak terhadap kaum pemberontak pada tanggal 18 januari 1952, yang menyebabkan gerombolan kapten Alip sebanyak 200 orang mkemisahkan diri dari gerombolan lainnya, dan melarikan diri kedaerah Gendol/ Mutilan dengan maksud mengadakan gerakan imbangan didaerah tersebut.
Pengejaran terhadap sisa-sisa gerombolan ini dilakukan secara terus menerus oleh Brigade Mangkubumi dibawah pimpinan Letkol M. Sabrini. Dan dalam satu pertempuran didaerah Wonosobo, yaitu di Kaliwiro, batalyon 408 dibawah pimpinan Mayor Sarjono telah berhasil untuk menawan seorang anggota gerombolan serta berhasil pula menewaskan beberapa orang, dan sebanyak 47 pucuk senjata lawan berhasil dirampas. Dan dalam pertempuran ini pihak TNI berada di suatu daratan yang lebih tinggi dari pada kedudukan pihak gerombolan, sehingga tidak mengalami kesulitan untiuk menghancurkan gerombolan tersebut. Dan pada akhirnya kapten alip ditembak mati pada tanggal 30 januari 1952 karena berusaha melarikan diri pada waktu disuruh menunjukan penyimpanan senjata mereka diidaerah Bandungan.
Dal;am perjuangan pemberontakan tersebut tidak sampai disitu saja, sisa-sisa dari pemberontakan tersebut dipimpin oleh kapten Mihyidin, dan ia lari melalui Muntilan dan dikejar terus oleh batalyon 413, 408 dan 414 yang kebetulan bergerak didaerah tersebu. Karena tekanan-tekanan dari pihak TNI semakin hebat maka akhirnya sisa dari gerombolan pemberontak tersebut menggabungkan diri ke daerah GBN (gerakan banteng) yaitu basis pemberontakan dari DI di daerah situ. Dan hingga akhirnya berakhirlah pemberontakan batalyon 426 dan dilanjutkan oleh pemberontakan DI/TII Amir Fattah. Dan TNI pun melanjutkan oprasinya dengan nama oprasi GBN(gerakan banteng) yang bertujuan menumpas semua gerombolan DI/TII.

Daftar Pustaka

. Sejarah TNI Angkatan Darat. 1945-1965. Pusat Militer Angkatan Darat, PUSSEMAD: 1965.

. Van Dijk, Cornelis. Darul Islam (sebuah pemberontakkan). Koninklijk instituut voor taal land_en volkenkunda dalam seri verhandingen vanhet no 94. Terjemahaan grafiti pers, PT temprint Jakarta, 1983.

. Almanak Tentara Nasional Indonesia AD. 1945-1973. Dinas sejarah TNI AD. Bandung, 1977.

. Pemberontakkan DI/TII Jawa Tengah dan penumpasannya. Pusat sejarah TNI AD. Bandung, 1974.

22 komentar:

  1. nice opinion novriadi sitompul
    whether you are a student of science history novriadi sitompul?

    BalasHapus
  2. Salam kenal bung adi, kalau boleh tau dapat sumbernya dari mana ya bung?
    makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya dapat sumber dari penelitian dan perpustakaan Militer

      Hapus
  3. terima kasih, saya baru tau kalo yon 426 itu mayoritas ex laskar hisbullah

    BalasHapus
  4. bagus dan menarik.. sayang sumbernya hanya dari 1 pihak (TNI) padahal ada dua pihak dalam kasus ini.. jadi terasa kurang objektif.. memang sejarah ditulis oleh para pemenang.. tapi anda sebagai peneliti sangat layak meneliti lebih objektif.. indra

    BalasHapus
  5. mantap, terima kasih pak. saya sekarang tahu history kapten sofyan tetangga saya di klaten.bravo

    BalasHapus
  6. Kakek saya ATMOSOEKASTO komandan kompi5. batalion 425. ikut menumpas 426 digrobogan kalau tak salah. anak buahnya yg gugur RM.POERWOSOEDARSO. SOEDARMAN. SLAMET C. SLAMET D, DLL saya sudah lupa. ini saya baca di dokumen kakek yg saya baca th 1973. dokumen tsb tertnggl awal DESEMBER 1951.sayang dokumen tsb kini entah kemana....................

    BalasHapus
  7. luar biasa bang....
    terimakasih...sukses buat abang..

    BalasHapus
  8. Maaf saya tdk setuju dgn apa yg anda tulis karena tdk dukung dgn data dan sumber yg berimbang. Saya yakin anda adalah orang yg sangat percaya dgn dokumen yg dirilis oleh ABRI, yg kita tahu selalu menjadi bagian mesin politik rezim yg berkuasa. Apakah pernah ditemukan sebuah kebobrokan dan kejahatan rezim yg berkuasa ditulis dan dicatat oleh ABRI. Kalau ada pasti dia seorang ABRI yg bodoh dan tolol, saya anjurkan anda belajar lagi dan membaca lagi sejarah Indonesia yg ditulis oleh orang yg tdk sepaham dgn rezim yg berkuasa atau setidak-tidaknya yang bisa dianggap jujur.

    BalasHapus
  9. Sbagai cucu letda Atmosoekasto [meninggal th 1970] saya sering ziarah kemakam mereka2 yg gugur melawan yon 426\ Moenawar.dari kompi 5 yon 425 semua dimakamkan diTMP Jurug Solo, saya terkesan dgn salah satu dr mereka yaitu : RM Poerwosoedarso,beliau gugur diusia 22 sampai 28th, beliau terlihat ganteng dlm seragam sersan AD, poto tsb diberikan pd alm nenek seminggu sblm beliau gugur, ada kisah menarik yaitu : seorang prajurit dr yon 425 gugur,dia bawa tas berisi berkas2 kakek saya, tas tsb jatuh ketangan salah satu pimpinan yon 426,org tsb kbtulan kenal baik pd kakek saya [Atmosoekasto].karna dikiranya yg tertembak adalah kakek, maka kontan org tsb menyerahkan diri.kalau tak salah pembawa tas kakek adalah Kopral Slamet C.....hormat saya bagi mereka2 yg sudah tenang diharibaanNYA.

    BalasHapus
  10. Saya rasa kurang berimbang...lebih akurat lagi kalau buku putih mayor Munawar, menurut buku itu beliau difitnah bahkan berusaha dilucuti...sebagai prajurit naluri beliau adalah melawan, apalagi jaman2 itu banyak oknum2 tentara yg di doktrin komunis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku putih mayor Munawar juga dibaca sbg referensi maksudnya

      Hapus